Sabun anti bakteri biasanya mengandung bahan kimia yang disebut trikosol. Sejak dulu bahan ini dianggap efektif memerang bakteri, namun ke-effektifannya kini dipertanyakan.
Pada tahun 2016, BPOM Amerika Serikat (FDA) melarang senyawa trikosol dari sabun anti bakteri, kerena dianggap tidak lebih efektif dari sabun biasa. Malah sebaliknya, diduga dapat mengurangi fungsi jantung dan otot dan dapat mempengaruhi fungsi hormon seperti tiroid, testoteron, estrogen.
Dan pada sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan baru-baru ini di Inggris, para peneliti menemukan fenomena "resistensi silang", yaitu ketika resistensi (ketahanan) terhadap satu jenis agen antibakteri juga memberikan ketahanan terhadap jenis lainnya. Khususnya ketika suatu bakteri tertentu mengembangkan ketahanan terhadap terhadap sekolompok obat-obatan yang disebut quinolon, mereka juga menjadi tahan terhadap trikloson.
Awalnya para peneliti menemukan ketahanan bakteri terhadap quinolon dan trikloson berkaitan dengan test invitro (dalam lab) terhadap bakteri Salomnela, tapi kemudian mereka juga menyadari mekanisme ini juga terjadi pada bakteri type lain, yaitu Ecoli. Sehingga diduga tubuh yang terpapar bahan kimia tsb. akan menjadi kebal tehadap antibakteri/antibiotik.
Meskipun demikian, ekperimen ini tidak menemukan bukti yang benar-benar valid. Perlu penelitian lebih jauh. Jadi tidak usah buru-buru membuang sabun antibakteri. Hanya sekedar info.
Sumber: Live scence.
Wikipedia
Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar